Saat ini kita bisa menyaksikan sendiri bahwa banyak sekali orang yang melihat seseorang dari fisik atau status sosialnya. Mereka membeda-bedakanorang dari kedua aspek tersebut. Bahkan ada diantaranya beberapa orang yang enggan untuk berteman dengan orang yang memiliki status sosial atau keadaan ekonomi di bawah dirinya.
Terkadang mereka selalu meremehkan dan memandang sebelah mata orang-orang dengan ekonomi yang lemah. Enggan untuk membantu dan menolong bahkan tidak jarang mereka menganggapnya hina.
Baca Juga:Dengan adanya tekanan seperti itu, maka tidak jarang orang dengan ekonomi yang lemah merasa minder dan malu. Terkadang ada di antaranya beberapa orang yang merasa putus asa, serta enggan untuk menjalani hidup. Mereka semua menyalahkan keadaan atau bahkan sampai mencaci Tuhan. Mereka menganggap bahwa Tuhan tidak memberikan kehidupan sama dengan orang-orang lainnya.
Namun, perlu kita ingat Tuhan tidak pernah membeda-bedakan umatnya. Tuhan telah menciptakan umatnya dengan sangat adil. Ia pun tidak pernah melihat seseorang dari status atau harta yang dimilikinya. Karena hal yang menjadi pembeda untuk Tuhan yaitu hanyalah kebaikan dan ketaatan seseorang kepadanya.
Meskipun Tuhan memberikan kehidupan yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan semua orang, tetapi itu tidak lantas untuk membuat kita menjadi putus asa dan mengeluh. Menyalahkan Tuhan bukanlah tindakan yang baik, justru ketika kita melakukan hal seperti itu maka sama saja kita tidak menerima atas apa yang diberikannya kepada kita.
Jika kita ingin terbebas dari kesulitan yang kita hadapi, maka kita pun dituntut untuk semangat dan bekerja keras demi mencapai itu semua. Janganlah terus terpuruk dalam keadaan, karena hal seperti itu tidak akan ada gunanya. Ingatlah selalu, bahwa dibalik kesulitan yang kita hadapi Tuhan menyimpan rencana indah di balik itu semua. Dan keindahan tersebut hanya kitalah yang bisa mencapainya, bukan orang lain.
Kisah di bawah ini menceritakan perjuangan seorang wanita tangguh. Diaman wanita manis ini hidup dalam kesederhanaan. Tetapi ia tidak pernah mengeluh akan keadaan yang dialaminya. Justru yang ada ia berusaha dan bekerja untuk merubah nasib dan hidup keluarganya.
Wanita ini bekerja sebagai seorang pembantu rumah tangga. Namun, meskipun begitu ia bisa kuliah bahkan ia bisa lulus dengan hasil yang memuaskan. Dan apa yang telah ia capai bisa membuktikan kepada kita semua bahwa kebahagiaan hanyalah kita yang bisa menjemputnya.
Perjuangan Sangat Keras Untuk Bisa Kuliah
Status pekerjan bukanlah alasan yang menjadi penghalang untuk seseorang berprestasi dalam dunia pendidikan. Pernyataan ini bisa dibuktikan oleh wanita cantik tersebut. Ia merupakan seorang wanita pekerja keras yang bernama Darwati. Seperti yang dilansir oleh merdeka.com, wanita yang kini berusia 23 tahun tersebut berhasil mendapatkan gelar cumlaude atau predikat ujian tertinggi dalam ujiannya di perguruan tinggi.
Darwati berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Ayah dan ibunya hanyalah seorang petani di desa. Bahkan untuk melanjutkan pendidikannya saja ia harus bekerja menjadi seorang pembantu rumah tangga di sebuah keluarga drg. Lely Atasi Bachrudin. Namun perjuangannya ini tidaklah sia-sia.
Darwati lulus dari SMA Muhamadiyah 5 tadonan. Sebelumnya ia memiliki keinginan untuk langgsung melanjutkan pendidikannya setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas tersebut. Namun keinginanya harus tertunda karena ia dan keluarganya tidak memiliki banyak biaya. Oleh kerana alasan itulah, Darwati memutuskan untuk memilih bekerja terlebih dahulu. Pekerjaan apapun akan ia lakoni yang terpenting dirinya bisa kuliah. Hingga akhirnya ia pun bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Wanita kelahiran 20 Februari 1992 ini pun sebenarnya pernah mengadu nasib ke ibu kota. Namun nayatanya ia hanya mampu bertahan selama seminggu dan memutuskan untuk kembali lagi ke Jawa Tengah. Karena tidak ingin menganggur dan menyusahkan orang tua, akhirnya ia memutuskan untuk ikut orang berjualan es campur selama kurang lebih 3 minggu.
"Setelah itu, saya sempat ikut kerja sebagai penjual es campur di kampung kira-kira 3 minggu kerja di sana, namun saya belum sempat digaji karena saya terlanjur pindah bekerja," ujar Darwati.
Setelah memutuskan berhenti sebagai penjual es campur, Darwati pun mendapatkan tawaran untuk bekerja sebagai seorang pembantu rumah tangga. Pada saat itu dirinya belum pernah terbayang bisa meneruskan pendidikan. Hingga pada suatu hari dirinya bergumam ingin kembali melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Dan keinginannya tersebut didengar oleh majikannya. Beberapa hari setelah itu, sang majikan tiba-tiba memperbolehkan dirinya untuk kuliah.
Keinginanya untuk kuliah sangat didukung oleh orangtuanya. Bahkan sang majikan pun mengungkapkan bahwa ayahnya Darwati sempat datang kepadanya untuk menyampaikan keinginan putrinya kuliah. Dan beruntung sang majikan mengizinkannya. Namun setelah beberapa waktu, Darwati baru mengetahui bahwa ternyata sang ayah tidak pernah menemui majikannya sama sekali. Apa yang dikatakannya majikannya tersebut hanyalah akal-akalan saja. Dan Darwati sangat beruntung karena ia mendapatkan majikan yang sangat baik hati.
Menyisihkan Sebagian Gajinya Untuk Kuliah
Setelah diperbolehkan kuliah oleh sang majikan, Darwati pun langsung mencari berbagai informasi tentang perguruan tinggi, dan ia pun menyisihkan sebagain gajinya untuk mewujudkan keinginannya tersebut.
Untuk bisa sampai ke tempat kuliah, jalan yang harus dilalui oleh Darwati tidaklah dekat. Dimana Darwati harus menempuh jarak sekitar 50 kilometer dengan menaiki bus. Namun terkadang ia pun pergi bersama temannya yang kebetulan berasal dari daerah yang sama. Atau terkadang diminta oleh sang majikan untuk menemani anaknya yang tinggal di Semarang. Sehingga Darwati akan tinggal di Semarang jika memang ada jadwal kuliah.
Pekerjaannya sebagai pembantu rumah tangga banyak mendapatkan hinaan serta cemoohan dari teman-temannya. Namun ia tidak pernah mempedulikan itu semua. "Yang mengejek pasti ada saja, tetapi saya anggap ejekan tersebut sebagai angin lalu. Untuk dana, saya menyisihkan dari uang gaji, terkadang saya pinjam teman, terkadang juga diberi uang saku oleh bapak(Majikan)," tutur Darwati.
Kini kerja keras dan perjuangannya sudah membawakan hasil. Pada kamis, 21 Mei 2015 yang lalu Darwati wanita tangguh ini diwisuda sebagai sarjana administrasi niaga Universitas 17 Agustus. Sang dosen yang membimbingnya mengatakan bahwa dirinya bangga kepada salah satu mahasiswinya ini.
Perjuangan dan kerja keras dari Darwati ini patut kita acungi jempol. Usahanya ini patut kita jadikan pelajaran. Semangatnya dalam mengecam pendidikan pun patut kita tiru. Kisah Darwati pun telah menunjukan kepada kita semua dimana jika kita ingin mencoba untuk berusaha maka apa yang kita inginkan akan sangat mudah kita dapatkan. Janganlah hanya terdiam dan tidak melakukan apa-apa, karena hal seperti itu tidak akan membuahkah hasil apapun. Ingatlah dunia ini menanti kita, untuk itulah mulai dari saat ini mari kita bergegas untuk mencapai kesuksesan kita. Nah, kini Darwati telah mencapai apa yang diinginkannya, dan dirinya pun bisa membanggakan kedua orangtuanya. Semoga kita terinspirasi dari kisah Darwati ini.