Menjalani hidup yang indah tanpa bisa melihat bagaimana rupa dunia, itu mungkin adalah sebuah pilu yang tak akan berujung untuk sebagian besar orang. Ketika oranglain bersenang-senang menikmati indahnya hidup, hal yang berbeda harus dijalani oleh seorang wnaita yang saat ini berusia 36 tahun Carolina Lingkan Yunita Mamuaya atau yang kerap kali dipanggil dengan sapaan akrab Carol. Ya, meski kebutaan menyelimuti matanya, hal ini tak lantas membuat Carol berputus asa dan tak ada semangat menjalani hidup. Bahkan di dalam keterbatasannya ia masih mampu membuat orang lain terhibur manakala ia memutar musik lewat CDJ nya. Cacat sejak awal memang telah diperkalkan ayah dan ibunya sejak ia kecil sehingga dirinya telah lebih siap mental menerimanya.
Awal Ketika Dunia Menjadi Gelap Untukku
Berprofesi menjadi seorang DJ atau disc jokie yang tenar dengan nama panggung Carol membuatnya seakan menemukan kehidupan baru dimana orang-orang dapat menerimanya dan melupakan bahwa dirinya adalah seseorang dengan kekurangan.
Baca Juga:Carol kecil lahir pada 16 Juni 1979 dari pasangan Albert Andres Mamuaya (Alm)-Imzarilda sebagai puteri bungsu. Lahir dengan kulit putih, tubuh gempal dan rambut yang pirang kecoklatan membuat Carol lahir sebagai anak yang lucu dan menggemaskan, tidak ada yang menyangka jika gadis kecil yang lucu ini akan bernasib malang. Diusianya yang ke 4 tahun, masalah itu mulai datang. Retina Carol bercahaya setiap kali ia melihat lampu, persis seperti mata kucing. Pada saat itu dokter hanya memberikannya obat tetes mata. Hanya saja, ibu Carol yang tidak puas dengan pengobatan tersebut lantas membawanya ke salah satu rumah sakit ternama di ibukota yakni RSCM. Dari pemeriksaan yang dilakukan diketahui sebuah hasil yang mengejutkan ternyata Carol menderita tumor ganas.
Penyakit mematikan tersebut sudah mengakar pada bagian saraf mata kirinya. Sebelum tumor merambat keseluruh bagian tubuh lain, terutama dibagian otak, dokter yang menangani Carol menyarankan jika tumor tersebut harus diangkat. Namun sayangnya, pada saat itu pengobatan ditanah air tidak cukup memadai untuk menangani pasien seperti Carol, ia terpaksa dibawa ke luar negeri. Negara kincir angin dipilih oleh ibu Carol karena dianggapnya ada banyak saudara ibu Carol yang berbukim di Belanda.
Kenyataan yang Lebih Buruk Harus Aku Telan
Setibanya di Belanda, ibu Carol langsung memeriksakan mata Carol dan melakukan check up lebih dalam terhadap mata Carol. Negeri kincir ini memang menjadi saksi serangkaian pengobatan yang dilakukan untuk menyelamatkan penglihatan Carol. Namun ternyata, nasib berkata lain, ketika hasil medis keluar, dokter mengungkapkan jika tumor yang dialami Carol telah merembet ke bagian mata kanannya yang membuat dokter menyarankan untuk dilakukan operasi pada kedua mata Carol.
Namun sang ibu yang tidak tega melihat anaknya yang masih kecil harus kehilangan penglihatannya dan meminta agar dokter mengangkat mata kanannysa saja dengan alasan agar sang anak setidaknya bisa melihat seperti apa tanah Indonesia dan matahari di Jakarta. Carol yang pada saat itu masih begitu kecil, lantas menurut pada ibunya, ia yakin jika hal tersebut adalah keputusan terbaik yang diberikan padanya.
Sebelum operasi dilakukan, ayah dan ibu Carol tak henti-henti menjelaskan jika apa yang akan terjadi dengannya nanti. Dan Carol paham ia ia akan tumbuh berbeda dengan anak sebayanya nanti.
Saat itu operasi yang dijalaninya telah berhasil, namun hal ini bukan berarti bahwa segala pengobatannya telah berakhir. Masih ada serangkaian terapi yang harus dilakukannya seperti kemoterapi yang memang begitu dibencinya, betapa tidak, efek dari kemoterapi ini membuatnya menjadi begitu mudah lelah, dan membuatnya kehilangan mahkota kepalanya yang sudah tidak tersisa. Bukan saja itu, berat badannya pun menyusut drastis. Hal ini tentunya membuat Carol muda menjadi frustasi, sering marah-marah dan bahkan mengamuk. Belum lagi akibat kemo tersebut ia menjadi sering berhalusinasi seolah melihat sehat di bawah tempat tidurnya.
Meninggalkan Belanda
Satu tahun di Belanda banyak sekali memberikan pengalaman dan momen yang membekas di ingatan Carol. Saat itu, orangtuanya tak henti memperkenalka ia pada warna sampai-sampai ia hafal betul diingatanya.
Bahkan dengan mata yang terpejam ia juga masih bisa merasakan turunnya salju di Belanda. Begitupun ketika musim semi tiba, ia masih bisa melihat bunga-bunga bermekaran yang terlihat begitu indah.
Selepas operasi dan penyembuhan berakhir, Carol bersama dengan orangtuanya kembali ke tanah air dan pulang ke tempatnya di Surabaya. Seperti janjinya waktu itu, sang ibu membawanya ke Jakarta dan membawanya ke kebun binatang serta memperkenalkannya pada berbagai macam binatang disana dan mereka menghabiskan banyak waktu bersama.
Kini tibalah waktuya dimana mata kiri Carol harus diangkat, yang mana ini berarti Carol akan mengalami kebutaan total diusianya yang baru 5 tahun, Dan sejak saat itu, dunia terasa benar-benar gelap dan hitam untuk Carol kecil. Bahkan karena masalah penghlihatannya ini, ia terlambat masuk seklolah, baru diusianya yang ke-9 tahun ia masuk ke sekolah dasar di SLBA.
Perjalanan Panjangku Sehingga Akhirnya Menjadi Seorang DJ
Selepas lulus dari sekolah dasar, Carol lantas melanjutkan ke SMP, karena keinginannya untuk melanjutkan kuliah, ia kemudian masuk ke SMA Santo Paulus. Disadarinya betul jika ia memilih SMA umum untuk melanjutkan sekolahnya, maka akan semakin beragam tipikal orang yang akan dijumpainya, untuk itulah mental yang kuat dan benar-benar matang telah dipersiapkannya dengan baik.
Sayangnya krisis moneter yang menyebabkan kerusuhan di ibu kota pada tahun '98 membuat orang tua Carol terpaksa harus memindahkan anaknya dari SMA nya, karena pada saat itu letak sekolahan Carol berdekatan dengan Universitas Trisakti. Kota Bandung dipilih sebagai alternatif untuk mengamankan Carol agar ia bisa belajar dalam situasi dan kondisi yang lebih kondusif. Di Bandung Carol tinggal di sebuah kost-an bersama dengan teman-teman dan ditemani dengan seorang pembantu.
Di sekolahnya yang baru, Carol semakin aktif mengikuti pelajaran tambahan tentang musik sambil ia mengolah kemampuan vokalnya. Bahkan meski masih bersekolah ia sudah mulai menyanyi di kafe-kafe dan akhirnya ia sudah bisa mencari uang sendiri dan saat itu ia sudah bisa menghidupi dirinya sendiri dari profesinya sebagai seorang penyanyi. Dan hal inilah yang membuat Carol memutuskan untuk tidak kuliah. Apalagi setelah kepergian ayahnya, ia merasa tidak ingin membebani ibu dan saudara-saudaranya.
Jadilah setelah itu, ia masuk kes Yayasan Siswa Terpadu, yakni sebuah tempat yang membuka babak baru di kehidupannya. Carol mulai berkenalan dengan anak pemiliki Yayasan, Maya Kusbiono. Dimana perempuan yang dikenalnya ini memiliki sekolah Disc Jokcie (DJ) dan memberikan tawaran dirinya untuk menjadi DJ. Ia kemudian belajar dan kini ia telah menjadi seorang DJ yang cukup dikenal dan mendapatkan banyak undangan untuk memainkan musiknya di beberapa acara.