Keterbatasan nyatanya tak pernah menjadi halangan untuk seseorang dalam meraih dan menggapai mimpi yang telah didambanya. Dengan semangat dan kerja keras dan penuh dengan kegigihan seseorang yang dibatasi dengan kecacatan sekalipun, nyatanya mampu mengukir sebuah prestasi yang tak jarang membuat orang lain terkagum dan tak menyangka dengan karya yang diukirnya. Ya, kondisi keterbatasan memang sudah seharusnya tidak kita ratapi dengan sendu yang mendayu dan penyesalan yang keterusan. Seyoganya, semua dari kita harus bisa mengasah kekurangan tersebut menjadi hal yang mendukung kita dalam meraih kesuksesan yang telah ada didepan mata.
Memang tak mudah berjuang dalam keterbatasan, bukan hanya batasan dan kesulitan yang harus kita lalui. Namun juga, cobaan yang paling besar biasanya datang dari cemoohan orang. Tidak sedikit mereka yang memiliki keterbatasan menjadi olok-olokan dan bahan untuk diremehkan. Namun seakan orang-orang ini menepis anggapan tersebut, mereka terus berusaha dengan tak kenal putus asa dan mencoba membuktikan bahwa mereka bisa melakukannya dan membuat orang lain yang telah meremehkan mereka harus siap menarik kata-kata tersebut dan mengacungkan dua jempol untuk mereka.
Baca Juga:Seperti yang terjadi dengan seorang pria di Cina. Keterbatasan fisik yang dimilikinya, tak menghalangi semangat dirinya untuk mengenyam pendidikan di universitas dan menjalani hidup layaknya orang normal. Pria ini pun bahkan menolak belas kasihan dari teman-temannya dan menolak diperlakukan seperti orang sakit. Dengan sopan, ia mencoba menepis dan menunjukan pada teman-temannya bahwa dirinya adalah sama dengan yang lainnya. Meskipun kekurangan dalam tubuhnya membatasi ruang geraknya, namun pria ini terus berjuang demi untuk menjadi sama dengan oranglain dan tidak ingin dianggap remeh karena keterbatasannya.
Meski Harus Merangkak, Ia Tak Pernah Putus Asa Menjalani Kuliahnya
Adalah seorang pria muda berusia 21 tahun bernama Yu Chongle yang pada bulan Oktober kemarin baru saja menghadiri kelas pertamanya di universitas di Guangxi Normal University's Lijiang College. Meskipun Yu memiliki keistimewaan lain yang tidak dimiliki anak-anak seusinya, namun hal ini tak pernah menghalangi Yu untuk hadir dalam kuliah perdananya meskipun ia harus merangkak menelusuri setiap koridor dan jalan menuju ruang kelasnya.
Di hari pertama Yu menghadiri kelas mata kuliahnya, semua orang yang juga hadir pada kelas tersebut, sontak kaget melihat kondisi Yu pada saat itu. Namun, dengan tanpa malu dan canggung, Yu terus merangkak dengan menggunakan tangannya untuk sampai ke tempat duduknya. Hal ini lantas membuat teman-temannya merasa tidak enak terus melihat Yu, mereka pun kembali pada masing-masihng aktivitasnya saat itu dan berpura-pura tidak melihat hal lain diruangan tersebut. Yu, memang merasa kurang nyaman pada awal-awal. Namun tidak ada pilihan lain baginya selain terus berusaha demi menggapai impiannya untuk sukses. Untuk itulah, Yu terus berusaha dan tidak merasa malu dengan teman-temannya.
Diagnosis Penyakit Atrofi yang Membuatnya Tak Bisa Berjalan Normal
Pemuda asal Shilong, kota Hezhou daerah Otonomi Guangxi Zhuang ini memang mengalami kecacatan tidak dapat berjalan dan berdiri lebih dari 10 menit. Hal ini dikarenakan, kaki Yu mengalami atrofi setelah Yu mengalami demam hebat pada usianya yang ke 4 bulan. Setelah demam hebat yang dirasakan Yu kecil pada usianya yang ke 4 bulan, ibu Yu lantas membawanya ke rumah sakit. Namun keterlambatan penanganan pasca demam hebat tersebut membuat Yu mengalami Atrofi yang membuat kaki-kakinya tak dapat bergerak hingga saat ini.
Diakui Yu, sebelumnya, adiknyalah yang selalu memopongnya pergi kesekolah, namun sayangnya sang adik yang sakit membuatnya terpaksa harus keluar dari sekolah dan kini Yu hanya berjuang sendiri untuk pergi ke sekolah. Pasca keberhentian sang adik dari sekolah, Yu merasakan betapa sulitnya, kehilangan dukungan dari sang adik. "Setelah adik saya berhenti, sayang ingin sekali berhenti sekolah pada saat itu, namun akhirnya saya putuskan untuk melanjutkannya setelah ibu memberikan dukungan kepada saya."
Meskipun Kondisinya Sulit Namun Ia Tak Pernah Berhenti Berjuang
Meskipun kondisi Yu dengan keterbatasannya seringkali menyulitkannya untuk melakukan banyak hal seperti yang dilakukan oleh orang lain. Namun hal ini tidak menyulutkannya untuk bisa membantu keluarganya. Ketika masih kelas 1 SMP, Yu sudah bisa membantu orangtuanya mengerjakan banyak pekerjaan rumah seperti mendaki bukit untuk mencari kayu bakar dan rumput, memasak untuk adiknya yang sedang sakit dan memberi makan kakeknya yang sudah tua. Untuk membantunya agar bisa berjalan dengan menggunakan tangan, Yu juga membuat sepasang balok kayu untuk menopang pergerakannya agar bisa berjalan lebih baik.
Meski Banyak Orang yang Iba, Ia Terus Berjuang dan Berusaha
Diakui Yu, dirinya diterima di Universitas tersebut pada bulan July dan memutuskan mengambil jurusan hukum. Banyak orang yang merasa iba melihat Yu, namun hal ini tak lantas dijadikan Yu sebagai alasan untuk diperlakukan khusus. Selain itu, banyak senior yang menawarkan bantuan pada Yu, bahkan kelas Yu sengaja dipindahkan ke lantai pertama dan kebanyakan kelas yang diikuti Yu diatur di gedung pada lantai paling bawah. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah Yu agar tidak perlu bersusah payah menaiki tangga. "Saya merasa begitu hangat datang ke kampus ini, kehangatan yang saya rasakan sama seperti yang saya rasakan di keluarga saya." Ujarnya dengan penuh rasa terimakasih.
Pada hari kedua kuliahnya, banyak murid lain yang menawarkan bantuan untuk menggendong Yu ke kelasnya yang ada di lantai kedua. Namun dengan sopan Yu menolaknya dan mengatakan bahwa dirinya bisa melakukannya sendiri.
Diakui Yu, hal yang paling sulit dilakukannya adalah ketika menuruni anak tangga di gedung kampusnya. Sebab ia memerlukan konsentrasi saat menuruni anak tangga. Bahkan seringkali ia tidak menjawab sapaan teman-temannya ketika ia turun dari tangga.
Balok kayu yang dipergunakan Yu, selalu digantinya setiap 6 bulan sekali. Tangan kanannya juga kini mengalami kebengkokan akibat Yu terlalu sering mengenakan balok kayu untuk berjalan dan menobang tubuhnya.
Yu hanya memiliki dua set pakaian musim panas yang ia mencuci dengan tangannya sendiri. "Yu tidak perlu banyak bantuan kami. Sebaliknya, ia sering menginspirasi kita dengan semangatnya menantang dan menaklukkan dirinya sendiri," kata seorang teman kuliahnya.
Nah, semoga kisha kali ini bisa menginspirasi kita untuk tidak gampang menyerah dan berputus asa. Yu, pria dengan segala keterbatasannya masih selalu mengukir senyum dalam menjalani hari-hari dalam hidupnya. Semoga kita juga bisa lebih tegar dan lebih kuat menjalani hari dalam hidup ini.