Di zaman yang sudah tidak terkendali ini, saat setiap hari kita sering mendengar dan membaca tentang kisah perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan dan sebagainya, ternyata masih ada begitu banyak kisah cinta yang begitu mengharukan. Badai yang dashyat dan ombak yang tidak selalu tenang seringkali mengguncang bahtera dalam berumah tangga. Sebuah hubungan yang dijalin erat antara suami dan istri memang tak jauh dari ujuian dan cobaan. Namun bagaimana kita menghadapi dan menaklukannya adalah hal yang hebat jika kita bisa melaluinya.
Ya, sebuah hubungan memang tidak pernah luput dari ujian dan cobaan. Bak sebuah peribahasa semakin tinggi pohon semakin kencang hembusan angin yang menerjang. Demikian pula dengan sebuah hubungan rumah tangga, cobaan dan ujian akan datang silih berganti. Namun demikian, dibutuhkan jiwa yang bijak dan sikap yang lapang dada untuk saling mengisi melengkapi dan menerima segala kekurangan dari masing-masing pihak. Dengan demikian, sebuah keharmonisan dalam berumah tangga akan tercipta dan ujian yang datang bisa dilalui bersama-sama.
Baca Juga:Salah satu masalah yang paling kompleks dalam sebuah hubungan adalah kesetiaan. Kesetiaan dapat menjadi harga mahal bagi mereka yang jiwanya kerap kali goyah sewaktu badai menerjang dan mencoba meruntuhkan hubungan mereka, hanya sedikit orang yang sanggup melewatinya, salah satu pria tersebut adalah Mark Lukach.
Kisah kesetiaan kali ini datang dari seorang suami hebat yang terus mencintai dan menemani sang istri bahkan dalam kondisi yang mungkin oranglain anggap kondisi yang paling berat bahkan mustahil dilalui bersama-sama. Namun rupanya, hal tersebut seolah dibuktikan oleh Mark kepada oranglain yang memiliki anggapan tersebut bahwa dengan kesetiaan dan rasa cintanya kepada sang istri yang dulu dipersuntingnya, ia masih terus bertahan dan membantu sang istri melewati hari-harinya bersama-sama.
Meski Sang Istri Idap Ganggaun Jiwa, Ia Tetap Berada Disampingnya
Mark Lukach adalah sosok suami yang tangguh dan setia. Ketika sang istri, Giulia dinyatakan positif mengalami gangguan kejiwaan berupa bipolar disorder, dengan setia Mark tetap menemani sang istri apapun kondisinya. Sebelum dibawa ke dokter, Giulia, memang seringkali menampakan perilaku yang tidak wajar dan membuat Mark seringkali kebingungan dengan tingkahnya. Rupanya, kecurigaan sang suami terhadap perilaku istri terbukti sewaktu dirinya membawa Giulia ke dokter. Mengetahui kenyataan ini, memang menjadi pukulan berat untuk Mark, istri yang ia cintai kini telah berubah menjadi oranglain dan bahkan terkadang karena emosi sang istri yang tidak terkontrol, seringkali Mark merasa itu bukanlah istrinya, ia seakan merasakan oranglain berada dalam tubuh istrinya. Namun demikian, hal ini tak lantas membuat Mark berputus asa dan meninggalkan Giulia. Meskipun sebenarnya, jika dirinya mau, ia bisa meninggalkan Giulia dan mengantarkannya pada orangtuanya.
Gangguan Jiwa Itu Pernah Membuat Istrinya Mencoba Bunuh Diri
Kondisi emosi yang tidak stabil dan seringkali berhalusinasi membuat jiwa sang istri begitu terguncang. Sampai-sampai gangguan jiwa ini membuat istri Mark berputus ada dan berpikir untuk mengakhiri hidupnya dengan melompat dari jembatan Golden Gate. Yang mana hal ini diungkapkannya dalam sebuah acara di Monterey, California, disana ia bercerita dan mengungkapkan seluruh isi hatinya, bagaimana rasanya menjaga wanita yang mengalami bipolar disorder.
Dalam acara ini, ia sukses membawa semua orang yang hadir dan mendengarkan ceritanya terhanyut dalam air mata yang mendayu. Semua ini dilakukan Mark untuk berbagi dan menginspirasi oranglain agar mereka lebih mencintai dan menjaga pasangannya bahkan dalam kondisi terberat sekalipun. Selain itu, hal ini dijadikannya sebagai ungkpan hatinya agar ia merasa lebih lega, sebab bersama sang istri keluh kesah ini tak dapat ia bagi.
Gangguan Jiwa yang Hanya Membuat Istriya Tertarik Akan Bunuh Diri
Dalam curahannya tersebut, Mark juga mengungkapkan bahwa pengobatan yang diberikan oleh dokter kepada istrinya membuat sang istri menjadi lebih pendiam seolah tak berjiwa, respon sang istri terhadap semua hal bahkan komunikasi menjadi melambat dan lebih sering terlihat melamun dan termenung.
Namun, ketika pengobatan terlambat dilakukan sang istri bisa menjadi histeris dan mudah meledak. Jika Giulia berada dalam pengaruh obat, segala respon yang diberikan pada saat mereka berkomunikasi hanya "iya dan tidak". Hal ini seringkali membuat Mark sedih dan putus asa, seolah ia hanya berbicara dengan anak-anak dan tak lagi merasakan sosok istri penyayang yang dirasakannya dulu.
Giulia, sang istri juga menjadi seolah terobsesi akan mengakhiri kehidupannya.
"Ia (Giulia) tidak banyak berbicara ketika ia berada dalam pengaruh obat dari dokter. Ia hanya berkata "ya" atau "tidak" saja pada setiap pertanyaan dan pembicaraan yang saya buat dengannya. Kebanyakan dari jawaban "tidak" yang ia buat, mungkin berarti "ya", karena saya pikir dia ingin membuat saya bahagia." ujarnya seperti dilansir dari nytimes.com.
Bahkan belakangan ini istri Mark lebih sering terobsesi dengan pembicaraan mengenai bunuh diri. Pembicaraan ini sering ditanyakan sang istri ketika melakukan aktivitas dirumah seperti ketika mengajak main anjing peliharaan dan mencuci piring, dengan wajah yang datar pertanyaan mengenai bunuh diri seringkali diajukan oleh istrinya. Selain itu, semenjak diagnosa mengalami gangguan jiwa, sang istri menjadi tidak tertarik pada makanan dan mengalami gangguan tidur, yang membuat Mark harus selalu siaga menjaga sang istri setiap saat. Bahkan diungkapkan oleh Mark, Giulia mulai berhalusinasi akan kehadiran tuhan dan iblis dan sering mengatakan bagaimana sang istri harus menjaganya dari iblis.
Meskipun Kondisi Istriku Sulit, Aku Tetap Bertahan
Banyak orang yang bertanya-tanya, mengapa Mark masih mau menjadi suami Giulia. Bukan perkara mudah merawat dan menangani wanita dengan gangguan kejiwaan, bahkan mungkin hidup akan terasa sulit dan seolah-olah tak memiliki istri.
Namun dengan bijak Mark menjawab, "Alasan pertama, karena saya begitu mencintai istri saya. Cinta yang begitu banyak untuk dirinya. Dan yang kedua adalah karena saya sudah berkomitmen dengannya, dan karena komitmen itu sendiri," Pungkasnya.
Diakuinya, memang ada godaan yang begitu besar untuk meninggalkan sang istri. Bisa dibayangkan bagaimana sulit dan susahnya merawat istri dengan gangguan kejiwaan yang sewaktu-waktu bisa saja membahayakan hidupnya sendiri dan membahayakan hidup Mark secara tak terduga. Namun nyatanya, Mark berhasil melewatinya. Ada tiga hal yang selalu dipegang teguh oleh Mark, yakni komitmen, cinta dan keimanan. Hal itulah yang membuatnya merasa lebih baik dan tidak akan pernah meninggalkan istri yang dicintainya.
Nah, semoga kisah kali ini bisa menginspirasi kita, bahwa ketika oranglain sakit selaan pengobatan dengan diberikan obat-obatan, cinta akan membuat mereka merasa lebih kuat dan lebih bahagia.
Berikut Video yang Bisa Anda Saksikan