Seringkali kita merasa malas untuk pergi kesekolah, entah karena tak menyukai mata pelajaran yang akan diajarkan disekolah, takut pada guru mata pelajaran yang akan mengajar, atau mungkin karena bosan dengan lingkungan sekolah yang terkesan monoton. Namun, disadari atau tidak perilaku tersebut sebenarnya akan merugikan diri kita sendiri. Dengan tidak pergi ke sekolah dan memutuskan untuk tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar sama halnya dengan kita membuang ilmu yang sudah kita beli dengan harga yang tidak murah.
Tidak seharusnya kita menyia-nyia pendidikan. Sebaliknya, justru kita harus senantiasa bersyukur dan berterimakasih atas segala nikmat dan kesempatan yang telah tuhan berikan dalam hidup kita.
Baca Juga:Ada begitu banyak anak diluar sana yang tidak memiliki kesempatan sebaik kita, mereka harus berjuang hidup tanpa mengenyam dunia pendidikan sekalipun. Bahkan, tidak sedikit orang diluar sana yang harus menjalani sekolah dengan kondisi yang memperihatinkan, meskipun dalam kondisi yang mempertaruhkan nyawa sekalipun mereka tetap gigih untuk menuntut ilmu dan pergi kesekolah. Dengan kegigihan dan niatan yang besar untuk bisa mengenyam dunia pendidikan dan menyerap ilmu pengetahuan yang nantinya akan berguna dimasa depan, hambatan, kekurangan dan keterbatasan tak pernah dijadikan alasan untuk berhenti dan tidak pergi ke sekolah. Semua hal dan segala upaya dikerahkan bocah ini agar tetap bisa pergi ke sekolah dan mengenyam pendidikan sebagaiman biasa ia lakukan sebelum dirinya sakit. Tak ada kata menyerah, tak ada keluhan yang ada dalam benak sang bocah adalah bagaimana caranya ia bisa tetap pergi kesekolah apapun kondisinya.Tentunya, kisah ini akan membuat kita miris dan ternyuh melihatnya. Dan diharapkan kisah ini mampu mengetuk hati kita semua dan menginspirasi semuanya betapa sebuah pendidikan bernilai besar bagi kita semua. Segala upaya dan kerja keras harus mampu kita tempuh untuk bisa mengenyam dunia pendidikan.
Syndrom Langka Membuat Kulitnya Serapuh Sayap Kupu-Kupu
Inilah yang dialami oleh seorang bocah asal Cina, Liuchen, sudah delapan tahun ini ia harus menjalani kehidupan dengan penuh penderitaan karena kulitnya yang serapuh sayap kupu-kupu. Seperti dilansir dari chinadaily.com, Liuchen bocah berusia 8 tahun asal kota Shangqiu, provinsi Henan, Cina ini didiagnosis menderita epidermolisis bulosa (EB) sejak ia lahir, yang mana kondisi ini disebut-sebut sebagai salah satu kondisi kulit yang begitu langka.
Epidermolisis bulosa (EB) merupakan suatu penyakit genetik yang diturunkan atau didapat secara langsung. Penyakit ini umumnya ditandai dengan terbentuknya lepuhan pada kulit apabila terkena trauma fisik seperti misalkan gesekan periodik pada kulit atau lecet. Penyakit kulit langka ini diperkirakan terjadi pada 1 dari seratus ribu kelahiran.
Diagnosis Penyakit Langka Sejak Lahir
Diungkapkan oleh sang ibu, Liuchen telah menderita syndrom langka tersbeut sejak ia lahir. Ketika lahir, Liuchen kecil terus menangis tak henti-henti selama 12 jam ketika disentuh. Para ahli medis mengungkapkan banyak bayi yang meninggal setelah mengalami infeksi dan masalah pernafasan. Yang mana lepuhan yang dialami oleh Liuchen berpotensi berkembang mempengaruhi saluran pernafasannya.
Namun nyatanya, Liuchen telah bertahan dan berjuang dari penyakitnya hingga ia berusa 8 tahun. Meskipun saat lahir, orangtua Liuchen diberitahu dokter jika anak mereka tidak akan dapat bertahan lama. Dan bahkan pihak spersilais dari rumah sakit mengatakan penyakit anak mereka begitu langka dan mereka tak tahu bagaimana cara mengobatinya. Namun, karena keinginan Liuchen untuk terus bersama dengan orangtuanya begitu besar, hal ini seolah menepis prediksi dokter dan membuktikan jika ia tetap bisa bertahan.
Penyakit Langka yang Menyakitinya, Tak Menyulutkan Liuchen Untuk Pergi Ke Sekolah
Orangtua Liuchen mengatakan jika keberanian dan ketangguhan anak mereka untuk tetap bertahan menjadi kekuatan dan motivasi yang mendorong mereka untuk tetap optimis dengan sang putra tercinta.
Dan yang mengejutkannya lagi, meskipun kondisi langka ini menyakiti kulit dan tubuhnya, hal ini tak lantas membuat bocah ini berhenti berjuang dan berputus asa. Dirinya tetap pergi ke sekolah dan mengenyam pendidikan sebagaimana mestinya. Dengan tanpa mengeluh dan tak malu, Liuchen tetap belajar dan bergaul bersama dengan teman-temannya disekolah. Bahkan menurut sebuah sumber, mengatakan jika Liuchen menjadi salah satu siswa terbaik dikelasnya.
Hal ini tentunya menjadi kebanggan dan sebuah prestasi yang luar biasa. Dimana sebagian besar anak-anak lain malas pergi ke sekolah dengan berbagai alasan. Hal berbeda justru dituai seorang bocah yang memiliki keterbatasan.
Ayah, Liuchen mengatakan bahwa satu-satunya hal yang membantu mereka adalah kesabaran dan perawatan istrinya yang selalu ada. Dan perlahan-lahan mereka mulai menemukan cara untuk membuat hidup sang anak menjadi lebih mudah. Walaupun Liuchen seringkali mengalami rasa sakit yang konstan dalam segala aktivitasnya.
Penderitaan yang Begitu Mengharukan yang Dialami Liuchen
Musim dingin adalah musim terbaik bagi Liuchen. Sebab kondisinya akan memburuk ketika musim panas. Bahkan sang ibu harus mengganti seprai kamar tidur karena cucuran darah dan cairan yang keluar dari luka-luka sang anak yang begitu mengkhawatirkan. Bahkan, jari-jari Liuchen telah menyatu karena lukanya, ia pun tak memiliki kuku karena telah lepas. Kondisi ini terus memburuk dan telah banyak biaya yang dikeluarkan untuk perawatan dan pengobatan putra tercintanya. Bahkan Liuchen tak sanggup untuk makan nasi.
Tuhan memang selalu menunjukan jalan dan memberikan kesempatan bagi mereka yang mau berjuag dan berusaha. Kesulitan biaya yang dialami keluarga Liuchen akhirnya dapat terbantu dari mengalirnya sumbangan yang datang dari mereka yang prihatin dengan kondisi naas yang menimpa bocah yang tak kenal menyerah ini. Aliran dana yang terus berdatangan ke rumah Liuchen hingga saat ini telah terkumpul sebanyak 230.000 yuan atau sekitar 471 juta rupiah.
Sayangnya, hingga samapi saat ini belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan EB. Pengobatan yang diberikan baru terfokus untuk mengatasi gejala-gejala, termasuk perncegangan luka, infeksi gatal dan rasa terbakar yang terjadi akibat penyembuhan luka yang terus menerus.
Kita doakan saja, semoga penyakit yang diderita Liuchen bisa menjadi lebih ringan dan segera ditemukan obat untuk menyembuhkan lukanya. Dan semoga kisah kali ini bisa menjadi inspirasi bagi kita betapa sikap optimis dan pantang menyerah dari seorang Liuchen patut kita tiru.